Wednesday, December 19, 2012

Artikel Bamboo 1



Tentang Bambu.............................................................................................
Bambu merupakan jenis tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia. Sayangnya, pemanfaatan tanaman bambu belumlah maksimal, yakni sebatas batang serta tunasnya saja. Sementara daun bambu hanya dijadikan sebagai pembungkus makanan tradisional seperti lepet.

Padahal di China, daun bambu dimanfaatkan sebagai ramuan obat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti meredakan batuk, sesak nafas, bahkan mampu mengobati maupun mencegah penyakit jantung, kanker, dan asam urat. Melihat hal tersebut mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mencium peluang bisnis dalam memanfaatkan daun bambu yang mempunyai banyak khasiat untuk kesehatan dan termasuk herbal potensial, yakni dengan dibuat kerupuk.

Adalah Ayu Siti Rochmah, Ade Rakhma Novita Sari, serta Dwi Endah Suryaningtyas  menggagas kerupuk daun bambu. Pengolahan menjadi camilan berupa kerupuk merupakan inovasi dalam pengolahan bahan pangan dan salah satu alternatif bentuk pengoptimalan pemanfaatan daun bambu. Produk ini memiliki prospek bisnis yang tinggi karena selama ini belum ada olahan kerupuk daun bambu. Kreativitas ini berhasil memperoleh dana dari Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) 2012.

Menurut Ayu Siti Rochmah, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. “Daun bambu juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular,” ungkap Ayu, seperti disitat dari laman UNY, Selasa (29/5/2012).

Ade Rakhma Novita Sari menjelaskan, jumlah tumbuhan bambu yang melimpah dan daun bambu yang jarang sekali dimanfaatkan menjadi alasan mereka untuk mencoba mengolah daun bambu sebagai camilan sehat agar mudah dikonsumsi. "Kemudian timbul ide untuk mengolah daun bambu menjadi kerupuk yang kami beri nama Kedapring," ujar Ade.

Dwi Endah menyebutkan, bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kerupuk daun bambu, yaitu tepung tapioka 500 gr, tepung terigu 100 gr, garam 25 gr, gula pasir 35 gr, bawang putih 35 gr, kapur sirih satu sendok makan, dan 350 ml air. “Daun yang dibuat untuk kerupuk sebaiknya yang masih muda berwarna hijau. Sebelum diolah, bulu daun bambu harus dibersihkan dengan cara direbus. Kemudian, daun bambu dihaluskan menggunakan blender dengan sedikit campuran air,” katanya menjelaskan.

Cara membuat kerupuk daun bambu, yaitu campurkan tepung tapioka, tepung terigu, bawang putih yang sudah dihaluskan, serta garam dan gula. Kemudian diaduk dengan cairan daun bambu yang sudah diblender dan tambahkan air secukupnya. Adonan diaduk hingga menjadi kalis dan tidak lengket di tangan. Selanjutnya, adonan dicetak secara merata pada besek lalu dikukus sampai benar-benar matang hingga warna adonan menjadi hijau bening.

Adonan yang sudah matang, kemudian dianginkan kurang lebih 12 jam. Setelah mengeras dipotong tipis-tipis dengan ketebalan kurang lebih 2 cm dan dikeringan di bawah sinar matahari. Jika kerupuk mudah patah berarti sudah kering dan siap digoreng. Jadilah, camilan yang enak dan menyehatkan.
Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2012/05/28/372/636977/kerupuk-daun-bambu-kaya-manfaat
 
Sebagai bahan pangan, rebung (tunas bambu) sudah sangat meluas digemari. 
Bambu memang menyimpan sejuta manfaat, dan dalam beberapa tahun terakhir  mulai banyak para ahli yang tertarik menguaknya. Bukan hanya zat gizi untuk kesehatan, ternyata bambu juga bermanfaat untuk kecantikan.
 Lebih dari 200 jenis bambu
Batangnya kuat, ulet, lurus, tinggi menjulang dan tumbuh lebat sepanjang daratan Cina, tidak heran sebutan Negeri Tirai Bambu untuk negeri itu. Negara Cina memang yang banyak meneliti tanaman ini. Dalam bahasa setempat, zhu, memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan, mulai dari bahan baku konstruksi bangunan, benda seni, peralatan rumahtangga, bahan pangan, obat- obatan, hingga krim kecantikan.

Di negeri kita, bambu juga telah menopang  sendi kehidupan masyarakat luas. Termasuk famili Gramineae sub keluarga rumput. Batang bambu tumbuh secara bertahap, mulai dari tunas, membesar menjadi rebung, batang muda, dan bambu dewasa saat mencapai umur 4-5 tahun. Di Indonesia dikenal sekitar 60 jenis bambu;  yang sering digunakan adalah bambu tali, bambu kuning, bambu petung, bambu andong, dan bambu hitam.

Bagian bambu yang dapat dikonsumsi, yaitu tunas bambu dan daun bambu. Tunas bambu atau rebung sudah lama dikenal masyarakat sebagai bahan pangan yang cukup merakyat. Di India, rebung disebut karira sebagai bumbu kering yang ditambahkan pada masakan kari. Sedangkan di Kamboja, rebung menjadi hidangan yang sudah sangat populer, yaitu caw.  Di Jepang,  ada hidangan khusus musim semi berupa nasi rebung yaitu takenoko gohan.

Menelusuri khasiat bambu dari rebung

Rebung adalah tunas muda (dipanen saat batangnya mencapai tinggi 20-30 cm) berdiameter 7-15 cm)  yang tumbuh dari akar bambu. Biasanya dipenuhi glugut (rambut bambu) yang gatal. Rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, berwarna cokelat. Hanya bambu yang menghasilkan rebung dengan kandungan asam sianida rendah  yang aman dikonsumsi, misalnya rebung petung yang berkelopak merah, yang paling enak.  Jenis lainnya rebung kuning, rebung legi, rebung rampal.

Bambu penghasil rebung banyak dibudidayakan di kawasan Dieng, Jawa Tengah,  Tabanan Bali, Sumedang, dan Sukabumi, Jawa Barat.  Rebung dipanen saat musim hujan, sehingga lebih mudah menemukannya di pasar pada saat itu.

Zat gizi utama dalam rebung adalah serat dan merupakan sumber vitamin C, vitamin E, kumpulan vitamin B (antara lain: tiamin, riboflavin, niasin), besi serta beberapa jenis asam amino. Rebung juga mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh seperti potasium yang berperan dalam mengatur kestabilan tekanan darah dan denyut jantung. Masih ada lagi, senyawa lignin yang diyakini sebagai zat antikanker dan asam fenol yang berpotensi sebagai antioksidan.

bambu memiliki citra sebagai produk ramah lingkungan. Bambu mempunyai kemampuan menyerap karbon hingga 62 ton karbon per tahun per 1 hektar tanaman bambu. "Sebaliknya bambu juga dapat melepaskan oksigen 35% lebih banyak daripada kayu. Ada sebanyak 22 juta Ha lahan bambu di dunia yang dapat menyerap 727 teragram karbon,"
Dengan sifatnya yang ramah lingkungan, bambu dapat digunakan untuk merehabilitasi lahan kritis di Indonesia yang diperkiraikan mencapai 33 juta Ha.
Sumber: http://finance.detik.com/read/2012/11/22/180637/2098724/4/dubes-nilai-bisnis-bambu-usd-10-15-miliar

"Penanaman bambu juga cocok untuk merehabilitasi lahan bekas galian bahan tambang. Penanaman bambu yang tepat akan dapat mendukung keberlangsungan bahan baku untuk kepentingan proses industri,"

Masyarakat sudah paham, bahwa sebelum memasaknya, rebung biasanya diperlakukan secara khusus, yaitu direndam, direbus, direndam lagi.  Tujuannya untuk membuang racun alam, yaitu asam sianida, sebagai bahan toksin yang dapat menyebabkan gejala mual, pusing, kejang, lemas, muntah, dan penyempitan saluran pernapasan. Namun dengan perebusan sampai mendidih, asam sianida bisa ikut menguap. Kandungan serat yang berlimpah dalam bambu termasuk dalam ’anak bambu’ atau rebung diyakini mampu meringankan gejala penyakit.

Berbagai penelitian tentang rebung

Park Eun Jin di Departement of Food Science and Human Nutrition, Universitas Washington menemukan bahwa rebung mengandung 2,5 g per 100 g serat yang berkhasiat melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi. Penelitian Park   melibatkan 8 responden wanita yang diberi diet rebung 360 g selama 6 hari. Terbukti   bahwa serat beta-glukan dalam rebung membentuk massa pada kotoran dan lapisan pada dinding usus besar sehingga kotoran cepat tersekresi keluar tubuh.

Bambu berperan melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang dilakukan oleh Purdue University mengemukakan bahwa kemampuan rebung dalam menurunkan kolesterol berhubungan dengan kandungan serat beta-glukan yang mampu mencegah penempelan plak kolesterol dalam pembuluh darah dan kemudian membuangnya bersama kotoran.

Hasil studi menunjukkan, dengan mengonsumsi rebung setiap hari, kadar kolesterol turun sebanyak 23%. Pernyataan ini didukung oleh  Park Eun Jin bahwa mengonsumsi 360 g rebung setiap hari akan menurunkan kolesterol total sebesar 3,9 mg/dl dan kolesterol LDL 16,1 mg/dl. Rebung juga kaya akan potasium yang menyeimbangkan elektrolit tubuh, mengatur tekanan darah, menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung.

Antioksidan dalam bambu, termasuk rebung, juga terdapat dalam bentuk senyawa fitokimia seperti phenolic acid (polyphenol), asam klorogenik, lakton, dan flavanoid. Prof Furuno Takeshi dari Beijing University Forestry menyatakan bahwa bambu merupakan sumber flavanoid dalam bentuk triterpenoid yang memiliki kemampuan antikanker dan mencegah aterosklerosis.

Zhang Yu dalam Journal Agriculture Food Chemical menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada bambu memiliki kemampuan menurunkan kadar akrilamida pada kentang goreng yang dapat memicu kanker.  Penelitian di Zheijan University, Cina, membuktikan bahwa senyawa flavanoid aktif yaitu triterpenoid yang terkandung dalam rebung mampu menghambat pertumbuhan tumor pada tikus dengan meningkatkan kematian sel tumor

Tak hanya itu, bambu juga bemanfaat dalam proses pengawetan makanan. Studi yang dilakukan China Agriculture University  mengemukakan bahwa dalam rebung terdapat dendrocin sejenis protein yang dapat menghentikan pertumbuhan jamur pada makanan dengan cara merusak aktivitas ribonukleus jamur. Sedangkan penelitian di Universitas Chonnam menunjukkan aktivitas antibiotik ekstrak daun bambu dengan larutan 95% etanol ternyata mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan Salomonella sehingga dapat mencegah pembusukan dalam proses pengawetan makanan. (N)
Sumber : http://nirmala.co/daftar-rubrik/bahan-pangan/item/18.html

Ekstrak Daun Bambu Sehatkan Jantung

Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung.

Selama ini, bagian tanaman bambu yang disering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang. 

Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu (Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan racun dalam tubuh. 

Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan. 

Sejuk dan Harum
Jenis tanaman bernama Latin Phyllostachys nigra ini tumbuh di daerah Sungai Yangtze, tepatnya di Cina bagian selatan. Pakar kedokteran Cina kuno mendeskripsikan fungsi obat dan pangan daun bambu dalam kitab Yao Pin Hua Yi atau kitab penggalian arti herbal-herbal, yakni bersifat sejuk, harum, dapat masuk ke meridian jantung, rasanya pahit dan sejuk, chi-nya juga sejuk. 

Penelitian menunjukkan, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. Juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular. 

Muliadi Lim OMD-oriental medical doctor dari Shanghai TC University mengungkapkan, kandungan flavonoid daun bambu memiliki efek positif pada kemoterapi terhadap sumsum tulang dan imunitas tubuh, bisa memperbaiki aliran mikrovaskular bagi penderita jantung, fungsi trombosit, dan peredaran darah di otot jantung.   

Mirip Hemoglobin
Pakar kesehatan dari Jepang meyakini susunan flavonoid daun bambu mirip susunan hemoglobin. Karena itu, daun bambu bisa langsung disuntikkan ke dalam vena dan dapat meningkatkan efisiensinya. 

Flavonoid daun bambu juga aman, tak beracun. Uniknya, flavonoid daun bambu merupakan sumber daya domestik flavonoid pertama yang ditemukan di negeri Cina dan telah dipatenkan secara resmi.

Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi, melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas racun. 

Benarkah kandungan flavonoid daun bambu mampu menyehatkan jantung? Sebuah penelitian secara khusus dilakukan guna mengungkapkan manfaat flavonoid daun bambu terhadap pembuluh darah dan aliran darah pembuluh koroner.
Variasi penelitian dengan dosis tinggi, menengah, dan rendah, flavonoid daun bambu terbukti dapat memperlancar aliran darah koroner dari jantung Cavia cobaya (sejenis tikus) yang terpisah dengan badannya. Perhitungan terhadap grup dan masing-masing anggota grup mempunyai perbedaan yang signifikan, bertambah seiring dengan besarnya dosis. 

Dosis tinggi, menengah, dan rendah flavonoid daun bambu dapat menambah daya kontraksi otot jantung dan perhitungan terhadap grup juga mempunyai perbedaan yang jelas. Efek dari grup dosis kecil (2,5 mg/ml) menerangkan hasil positif bagi fungsi fisiologi normal arteri koroner dan berpotensi mencegah terjadinya gangguan jantung.

Sejak tahun 1998, ahli di Cina telah banyak melakukan penelitian terhadap fungsi flavonoid daun bambu untuk menghambat oksidasi lemak. Contohnya, campuran segelas minuman cokelat dengan 1 persen ekstrak daun bambu secara signifikan meningkatkan antiradikal bebas sekaligus melindungi aktivitas vitamin A dan E. 

Di pasar dalam negeri produk ekstrak daun bambu relatif belum banyak. Biasanya dalam bentuk tablet maupun sejenis makanan ringan yang dapat dikonsumsi, layaknya jajanan. Karena dalam bentuk ekstrak, tentu diperlukan sikap hati-hati dalam mengonsumsinya. Cara terbaik untuk mengurangi risiko, perhatikan legalitas produk seperti ada tidaknya sertifikasi dari Badan POM. 

Manfaat Bambu dari Zaman ke Zaman 
Berbagai kitab herbal, kitab obat klasik, dan farmakop Cina mencatat khasiat bambu dalam menyembuhkan penyakit. Di antaranya:
-    Bie Lu. Daun bambu bersifat dingin, tidak beracun, untuk mengobati rasa panas di dada dan batuk.
-    Sheng Hui Fang. Bubur daun bambu bisa menyembuhkan jantung panas pada anak kecil atau tidak sadarkan diri. Ramuannya: daun bambu 60 g, beras secukupnya, dan 15 g yin chen (wormwood/Artemisiae scopariae) dibuat bubur.
-    Kitab Terapi Herbal. Daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.
-    Ben Cao Qiu Zhen. Daun bambu bisa menyegarkan hati, menghangatkan limpa, menghilangkan riak dan dahaga, angin jahat, batuk, sesak, muntah darah, stroke ringan, dan lain lain.
-    Yao Pin Hua Yi. Kitab yang dikenal sebagai Kitab Definisi Obat ini mencatat, daun bambu menyegarkan, agak pahit, mampu menetralkan semua chi dingin dan panas.
-    Jing Yue (Kitab Herbal Klasik). Daun bambu, dengan aromanya yang ringan, bisa menetralkan rasa panas, terutama chi di jantung. Merupakan obat yang baik, terutama untuk mengobati dahaga karena hari panas, membersihkan sputum/riak di dada, meredakan rasa dingin dan lemah, batuk, dan asma. Hanya daun bambu yang bisa memasuki kandung empedu dan membawa chi netral ke dalam paru-paru untuk mengeluarkan panas.
-    Ben Jing Feng Yuan. Dalam Kitab Herbal Klasik Shennong ini tertulis daun bambu menyembuhkan salah urat, luka, dan membunuh parasit.
-    Kamus Besar Obat Cina. Daun bambu meredakan rasa cemas dan panas, serta melancarkan buang air kecil.
Sumber:  http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/27/13402150/Ekstrak.Daun.Bambu.Sehatkan.Jantung-14

No comments:

Post a Comment