Thursday, January 17, 2013

Artikel bambu 2

Indonesia Kembangkan Hutan Bambu untuk Perlindungan Sumber Daya Air

Untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat bambu di seluruh dunia, Organisasi Bambu Sedunia (World Bamboo Organization -WBO) menetapkan 18 September sebagai Hari Bambu Sedunia.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama mitra, termasuk masyarakat, organisasi lingkungan dan pemerintah daerah, akan mengembangkan potensi hutan bambu sebagai tanaman pelindung bagi ekosistem dan konservasi sumber daya air baku di Indonesia.

Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup, Hermono Sigit baru-baru ini mengatakan bahwa pengembangan hutan bambu sebagai tanaman alternatif yang cukup bermanfaat bagi konservasi dan perlindungan sumber daya air baku.

Menurut Hermono Sigit, Provinsi Bali, terutama Kabupaten Gianyar, sudah memulai pengembangan hutan bambu untuk konservasi air dan merupakan inisiator kunci pengembangan hutan bamboo bagi provinsi lain. KLH tengah mendorong lebih banyak provinsi ikut terlibat di dalam program ini.

“Indonesia mendorong bambu menjadi salah satu pilihan untuk upaya konservasi air. Pemerintah daerah tertentu sudah melakukannya, seperti di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang memiliki lahan bambu sekitar 500 hektar. Cibinong di Jawa Barat juga sudah mengembangkan segala jenis bambu untuk berbagai fungsi,” jelas Hermono.

Disamping memiliki manfaat ekologis, pelestarian sumber air baku dan berbagai kebutuhan lain, bambu juga memilik  nilai ekonomis yang tinggi. Pihak KLH menyatakan masing-masing daerah memiliki luas lahan yang cukup, namun selama ini kurang dimanfaatkan.

Djatnika, (60 tahun), salah seorang koordinator Masyarakat Pencinta Bambu Indonesia Djatnika mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan hutan bambu untuk konservasi air.

“Harus terpadu mulai dari pemerintah, para peneliti dan ilmuwan. Tepat sekali bambu dipilih untuk program konservasi, untuk perlindungan bantaran sungai, untuk tebing, untuk struktur tanah, (melindungi) sumber air, penguat tanah, peredam panas dan melindungi dari angin dan gunung api,” katanya.

Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-kembangkan-hutan-bambu-untuk-perlindungan-sumber-daya-air/1212736.html

Hutan Bambu, Menjaga Sumber Air

Cerita mengenai kekeringan saat ini hampir tak ada putusnya. Mulai dari warga mengantre air bersih berjam-jam, lahan pertanian rusak, tanaman padi yang puso, pemanfaatan air sungai yang kotor untuk keperluan sehari-hari, hingga merebaknya beragam penyakit tanaman akibat musim kering.
Namun, tidak halnya bagi warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang (sejauh 40 kilometer dari pusat kota Lumajang). Kini, mereka tidak lagi menderita kekurangan air, baik musim kemarau maupun hujan.
Saat di beberapa tempat, waduk dan sumur mulai mengering, gemercik air di sawah-sawah di Sumbermujur tidak pernah berhenti. Dari sawah terdekat dengan Gunung Semeru (8 kilometer dari Gunung Semeru), hingga ke sawah-sawah di kampung lainnya (berjarak lebih dari 50 kilometer dari Gunung Semeru) selalu terima suplai air.
Hal itu terjadi karena mata air Sumber Delling tidak pernah berhenti mengalirkan air bersih baik untuk minum maupun irigasi. Mata air yang berasal dari Gunung Semeru itu saat kemarau seperti ini masih bisa mengeluarkan air bersih 600-800 liter air per detik. Pada musim hujan, debitnya mencapai 1.000 liter air per detik. Mata air tersebut berada di tengah hutan bambu seluas 14 hektar.
”Ini semua hasil kerja keras kami selama ini. Tahun 1970-an, mata air di sini debitnya hanya 300 liter per detik. Kini air melimpah dan semoga saja tak pernah mengecil lagi,” kata Hery Gunawan, tokoh masyarakat di sana, Jumat (9/9).
Tahun 1970-an situasi ekonomi Indonesia tidak bagus. Masyarakat umumnya makan bulgur, dan mata pencaharian warga Desa Sumbermujur umumnya sebagai pembuat gedek atau dinding dari anyaman bambu. Tak heran jika kemudian hutan bambu setempat nyaris dibabat habis untuk kebutuhan harian warga setempat.
Menilik lokasi hutan bambu yang dikitari empat dusun, tidak heran laju pembabatan bambu sangat cepat. Kala itu dalam satu rumpun hanya tersisa 20 batang bambu, padahal sebelumnya terdapat puluhan rumpun yang terdiri dari puluhan batang bambu juga.
Di sisi utara hutan bambu adalah Dusun Umbulrejo, sisi selatan adalah Dusun Umbulsari, sebelah timur adalah Dusun Krajan, dan bagian barat merupakan Dusun Wonorenggo. Empat dusun itu berada di Desa Sumbermujur.
Saat kritis
Dampak pembabatan bambu demi alasan ekonomi langsung terasa. Debit air Sumber Delling mengecil. Bahkan setiap malam masyarakat setempat dengan penerangan obor harus pergi ke sumber untuk antre air bersih, karena pada siang hari air yang ditampung belum cukup untuk memenuhi kebutuhan malam itu hingga esok harinya.
”Saat itu air digilir untuk setiap dusun. Mungkin dalam seminggu hanya tiga kali air mengalir ke satu dusun. Ini jelas menyusahkan kami sebagai petani. Kalau ingin panen, tiap malam kami harus berebut mendapatkan air. Tidak jarang juga terjadi carok (perkelahian) gara-gara rebutan air,” kenang Kusman (55), petani asal Desa Sumbermujur.
Melihat kondisi itu, nurani warga mulai terketuk. Meski punya sawah, tapi kalau sulit air, maka hasil pertanian tidak akan maksimal. Itu sebabnya, tahun 1975-1976 warga mulai menanami hutan tersebut dengan bambu.
Bersama Kelompok Pelestari Sumber Daya Alam (KPSA) Kali Jambe, selaku inisiator pelestari hutan bambu, masyarakat pun aktif mendukung pelestarian hutan bambu.
Bukan itu saja. Warga bahu-membahu membuat plengsengan pelindung mata air, menata hutan bambu tersebut agar nyaman dikunjungi orang, dan rutin menjaga hutan tersebut agar tidak dirusak orang. Semuanya swadaya masyarakat. Diakui, saat itu belum ada dukungan dari pemerintah daerah.
”Tanaman bambu jadi pilihan kami karena jenis ini dinilai paling sedikit risikonya dibanding menanam tanaman keras,” tutur Hery Gunawan, Ketua KPSA Kali Jambe Sumbermujur.
Risiko di sini maksudnya, jika terjadi pembabatan hutan seperti tahun 1990-an, tanaman bambu akan tumbuh kembali dengan cepat dalam lima tahun. Sementara tanaman keras seperti beringin butuh waktu puluhan tahun untuk bisa tumbuh besar kembali.
Artinya, kalaupun hutan bambu dibabat habis oleh massa, maka dalam waktu lima tahun saja warga akan kesulitan air bersih. Lain halnya jika sumber air di sana dilindungi tanaman keras. Bisa puluhan tahun warga terkena dampak kekurangan air bersih.
Lambat laun, dari semula hanya bambu apus saja yang jadi tanaman asli di hutan bambu tersebut, kini setidaknya sudah ada 21 jenis bambu tumbuh subur di hutan tersebut. Seperti bambu jenis ampel hijau, ampel kuning, hingga bambu thailand.
Suasana sejuk
Puluhan rumpun bambu yang menjulang tinggi dan rimbun menghadirkan nuansa sejuk. Kesejukan itu semakin lengkap saat terdengar gemercik air saat kita mulai berjalan ke tengah hutan.
Bahkan saking sejuknya, hutan bambu ini juga jadi rumah bagi puluhan kera dan kelompok kelelawar. Kera-kera ini sesekali turun menyapa pengunjung.
Seiring dengan kembali rimbunnya hutan bambu, maka debit air Sumber Delling pun kembali meningkat. Kini air dari Sumber Delling mengaliri 426 hektar sawah di Sumbermujur, dan sawah-sawah di tiga desa lain, yaitu Desa Penanggal, Desa Tambakrejo, dan Desa Kloposawit. Total ada 891 hektar sawah yang memanfaatkan air dari Sumber Delling.
Jumlah itu masih ditambah dengan 561 hektar sawah di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh Lumajang (berjarak 50 kilometer dari Desa Sumbermujur) yang juga mengambil air dari sumber ini. ”Mereka mengambil air dari sumber kami dengan mobil-mobil tangki setiap hari selama 24 jam,” kata Hery.
Untuk kebutuhan air minum, ribuan keluarga dari desa-desa di lereng timur Semeru bergantung pada hidup dari mata air Sumber Delling setiap harinya.
Melihat eratnya hubungan antara hutan bambu dan sumber air, warga Desa Sumbermujur pun berusaha melindungi kawasan tersebut dengan membuat Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2007. Peraturan itu berisi kawasan Sumbermujur tak boleh ”disentuh”, baik flora maupun faunanya. Jika melanggar, pelaku akan dikenai sanksi sesuai hukum lingkungan, yaitu hukuman badan atau denda Rp 500 juta.
Untuk membuat warga desa merasa memiliki hutan bambu, kini kawasan tersebut diarahkan menjadi hutan wisata. Masyarakat setempat mendapat penghasilan dari retribusi masuk ke hutan bambu dan berjualan makanan kecil di sana. Pendatang pun senang karena bisa menikmati keasrian hutan bambu serta berenang di kolam alami dengan air langsung dari sumber.
”Kalau begini, warga sekitar akan merasa memiliki dan turut menjaga hutan bambu. Semoga dengan upaya ini, mata air kami akan tetap lestari,” ujar Herry.
Belajar dari pengalaman pahit, warga Sumbermujur pun mau berubah. Dari semula menjadi perambah, kini jadi penjaga hutan bambu. Manfaatnya nyata! Saat warga lain tersiksa kekeringan, warga Sumbermujur berlimpah air bersih. Semoga upaya pelestarian alam ini menginspirasi warga lain di daerah lainnya.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2011/09/23/0304276/Hutan.Bambu.Menjaga.Sumber.Air.

Bambu Kaya Manfaat

Bambu masih dinilai material tradisional. Banyak orang mengidentikkan bambu sebagai bahan kursi lincak, material bangunan etnik serta semua yang masuh jadul.
Idham Musthopa, lulusan jurusan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, mengubah kesan tersebut. Ia mengubah bambu menjadi bagian dari fashion.
Salah satu yang menarik adalah karya Idham berupa tas yang khusus diperuntukkan untuk membungkus Macbook. Tas tersedia dalam ukuran 13 dan 15 inchi.
Tas didesain dengan bentuk kotak, sepenuhnya berbahan bambu dan berwarna coklat cerah. Bagian handle terbuat dari kulit. Sementara, di bagian samping, terdapat lubang berbentuk apel pada tas.
“Jadi akan kelihatan eksklusifnya,” kata Idham yang ditemui dalam diskusi “Bambu Punya Cerita” yang diselenggarakan Yayasan KEHATI di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta, Minggu (25/3/2012).
Idham mendesain sebaik mungkin sehingga para pengguna Macbook tetap bisa narsis. Tas tak bakal menenggelamkan ekslusifitas dengan menyembunyikan lambang Apple, tapi justru menonjolkannya.
Tas sudah diproduksi massal. Bekerjasama dengan ITB, Idham kini tengah memenuhi pesanan sebanyak 80 buah dan akan dijual di Bandung lebih dulu. Namun, siapa pun yang berminat sudah bisa memesannya.
Ke depan, Idham akan mengembangkan laptop dengan material bambu. Casing, keyboard, dan seluruh bagian laptop kecuali layar dan komponen di dalamnya akan terbuat dari bambu.
Ia kini tengah berusaha menggerakkan Sekolah Menengah Kejuruan dan pemerintah daerah di kampung halamannya, Garut, untuk bekerja sama mewujudkan impian tersebut.
Bambu Kaya Manfaat
Sandhiya Hanindita yang lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) punya cara berbeda mengolah bambu. Ia mengubah bambu menjadi bagian dari furnitur rumah tangga. Salah satu produknya adalah lampu baca.
Produk lampu baca karya Sandhiya terbuat 100 persen dari bahan bambu yang telah diproses sehingga awet. Sekilas, lampu baca hanya tampak seperti bambu yang dibengkokkan, namun desainnya cukup trendy.
Sandhiya juga menunjukkan produk kursi pantai. Bagian dudukan kursi itu terbuat dari bilah bambu lebar yang disusun pararel. Lekukan desain sesuai dengan posisi tubuh saat rileks.
Peneliti bambu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Elizabeth A Widjaja, menyebutkan bahwa bambu memang kaya manfaat. Ia mengatakan bahwa bambu pun bisa jadi material pakaian.
“Kita bisa ubah bambu menjadi kaos kaki. Saya sendiri sudah memakainya. Bambu ini punya anti bakteri, jadi kalau kita pakai kaos kaki bambu tidak akan bau,” kata Elizabeth.
Dalam bidang lain, Purwito, seorang peneliti bambu untuk konstruksi, mengatakan bahwa bambu lebih kuat dari beton dan lebih tahan gempa. Karenanya, bambu cocok diaplikasikan bagi rumah-rumah di Indonesia.
Bambu pun bermanfaat untuk makanan. Selain rebung yang telah dikenal sebagai isi lumpia. bambu ternyata juga bisa diolah menjadi cuka. Sampai saat ini, Indonesia sebagai negeri kaya bambu belum banyak memanfaatkannya.

Sumber: Kompas.com
             http://ladangbambu.wordpress.com/2012/03/12/pohon-bambu-terancam-punah/

Pohon Bambu Terancam Punah

Diperkirakan sekitar 15 tahun hingga 20 tahun ke deapan  orang Indonesia tidak akan melihat lagi pohon bambu akibat  eksplorasi besar-besaran tanpa disertai dengan budidaya dan jika dibiarkan akan berpangaruh terhadap keseimbangan lingkungan.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Elizabeth A. Widjaja, mengatakan itu kepada wartawan di Bandung, Sabtu (27/6), dan pemerintah Indonesia hingga kini belum menunjukkan  keperduliannya.
“Buktinya, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum memasukkan bambu ke dalam jenis tanaman yang dilindungi,” kata Elizabeth  seusai bicara dalam Seminar sehari Bambu untuk Kehidupan Modern (Bamboo for Modern Life)  di Saung Angklung Udjo Bandung itu.
Untuk melindungi pohon bambu dari kepunahan, menurut Elizabeth, salah satunya tidak mengeksplorasi secara besar-besaran dan ada upaya pengendalian atau kuota dalam mengeksplorasinya. “Selain itu, juga harus ada upaya budidaya, sehingga habitatnya tetap seimbang,” kata Elizabeth, seraya menambahkan pohon ini sangat baik untuk konservasi air.
Selain upaya tersebut, lanjut wanita yang selama 33 tahun hingga sekarang eksis  dalam penelitian bambu itu, harus ada kemauan pemerintah Indonesia membuat regulasi perlindungan bambu. “Bisa saja pemerintah memasukkan bambu ke dalam jenis tanaman lain yang dilindungi, lengkap dengan sanksi, sebagaimana regulasi lainnya,” katanya.
Ancaman lain terhadap kepunahan bambu, sebagai pohon penahan erosi tersebut karena emakin sempitnya lahan kebun bambu akibat  berubah fungsi, antara lain jadi perumahan atau industri. Ia menyebutkan, di Indonesia terdapat  160 jenis bambu, dan 88 jenis di antaranya, merupakan bambu endmik atau jenis bambu khas yang terdapat di suatu daerah.
Semua jenis bambu itu memiliki barbagai nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, selain untuk kebutuhan perumahan dan perkakas rumah tangga atau tanaman hias, bambu merupakan salah satu jenis pohon yang sangat baik untuk kelestarian lingkungan. “Sebagai fungsi pelestari lingkungan yang paling baik, bisa kita buktikan setiap ada rumpun bambu di sana sudah pasti ada sumber air,” katanya.

Sumber: Kompas.com
             http://ladangbambu.wordpress.com/2012/03/12/pohon-bambu-terancam-punah/

Ekstrak Daun Bambu Sehatkan Jantung

Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung.
Selama ini, bagian tanaman bambu yang disering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang.
Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu (Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan racun dalam tubuh.
Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan.
Sejuk dan Harum
Jenis tanaman bernama Latin Phyllostachys nigra ini tumbuh di daerah Sungai Yangtze, tepatnya di Cina bagian selatan. Pakar kedokteran Cina kuno mendeskripsikan fungsi obat dan pangan daun bambu dalam kitab Yao Pin Hua Yi atau kitab penggalian arti herbal-herbal, yakni bersifat sejuk, harum, dapat masuk ke meridian jantung, rasanya pahit dan sejuk, chi-nya juga sejuk.
Penelitian menunjukkan, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. Juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular.
Muliadi Lim OMD-oriental medical doctor dari Shanghai TC University mengungkapkan, kandungan flavonoid daun bambu memiliki efek positif pada kemoterapi terhadap sumsum tulang dan imunitas tubuh, bisa memperbaiki aliran mikrovaskular bagi penderita jantung, fungsi trombosit, dan peredaran darah di otot jantung.
Mirip Hemoglobin
Pakar kesehatan dari Jepang meyakini susunan flavonoid daun bambu mirip susunan hemoglobin. Karena itu, daun bambu bisa langsung disuntikkan ke dalam vena dan dapat meningkatkan efisiensinya.
Flavonoid daun bambu juga aman, tak beracun. Uniknya, flavonoid daun bambu merupakan sumber daya domestik flavonoid pertama yang ditemukan di negeri Cina dan telah dipatenkan secara resmi.
Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi, melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas racun.
Benarkah kandungan flavonoid daun bambu mampu menyehatkan jantung? Sebuah penelitian secara khusus dilakukan guna mengungkapkan manfaat flavonoid daun bambu terhadap pembuluh darah dan aliran darah pembuluh koroner.
Variasi penelitian dengan dosis tinggi, menengah, dan rendah, flavonoid daun bambu terbukti dapat memperlancar aliran darah koroner dari jantung Cavia cobaya (sejenis tikus) yang terpisah dengan badannya. Perhitungan terhadap grup dan masing-masing anggota grup mempunyai perbedaan yang signifikan, bertambah seiring dengan besarnya dosis.
Dosis tinggi, menengah, dan rendah flavonoid daun bambu dapat menambah daya kontraksi otot jantung dan perhitungan terhadap grup juga mempunyai perbedaan yang jelas. Efek dari grup dosis kecil (2,5 mg/ml) menerangkan hasil positif bagi fungsi fisiologi normal arteri koroner dan berpotensi mencegah terjadinya gangguan jantung.
Sejak tahun 1998, ahli di Cina telah banyak melakukan penelitian terhadap fungsi flavonoid daun bambu untuk menghambat oksidasi lemak. Contohnya, campuran segelas minuman cokelat dengan 1 persen ekstrak daun bambu secara signifikan meningkatkan antiradikal bebas sekaligus melindungi aktivitas vitamin A dan E.
Di pasar dalam negeri produk ekstrak daun bambu relatif belum banyak. Biasanya dalam bentuk tablet maupun sejenis makanan ringan yang dapat dikonsumsi, layaknya jajanan. Karena dalam bentuk ekstrak, tentu diperlukan sikap hati-hati dalam mengonsumsinya. Cara terbaik untuk mengurangi risiko, perhatikan legalitas produk seperti ada tidaknya sertifikasi dari Badan POM.
Manfaat Bambu dari Zaman ke Zaman
Berbagai kitab herbal, kitab obat klasik, dan farmakop Cina mencatat khasiat bambu dalam menyembuhkan penyakit. Di antaranya:
-    Bie Lu. Daun bambu bersifat dingin, tidak beracun, untuk mengobati rasa panas di dada dan batuk.
-    Sheng Hui Fang. Bubur daun bambu bisa menyembuhkan jantung panas pada anak kecil atau tidak sadarkan diri. Ramuannya: daun bambu 60 g, beras secukupnya, dan 15 g yin chen (wormwood/Artemisiae scopariae) dibuat bubur.
-    Kitab Terapi Herbal. Daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.
-    Ben Cao Qiu Zhen. Daun bambu bisa menyegarkan hati, menghangatkan limpa, menghilangkan riak dan dahaga, angin jahat, batuk, sesak, muntah darah, stroke ringan, dan lain lain.
-    Yao Pin Hua Yi. Kitab yang dikenal sebagai Kitab Definisi Obat ini mencatat, daun bambu menyegarkan, agak pahit, mampu menetralkan semua chi dingin dan panas.
-    Jing Yue (Kitab Herbal Klasik). Daun bambu, dengan aromanya yang ringan, bisa menetralkan rasa panas, terutama chi di jantung. Merupakan obat yang baik, terutama untuk mengobati dahaga karena hari panas, membersihkan sputum/riak di dada, meredakan rasa dingin dan lemah, batuk, dan asma. Hanya daun bambu yang bisa memasuki kandung empedu dan membawa chi netral ke dalam paru-paru untuk mengeluarkan panas.
-    Ben Jing Feng Yuan. Dalam Kitab Herbal Klasik Shennong ini tertulis daun bambu menyembuhkan salah urat, luka, dan membunuh parasit.
-    Kamus Besar Obat Cina. Daun bambu meredakan rasa cemas dan panas, serta melancarkan buang air kecil.@ Lalang Ken Handita

Sumber : sehatnews.com

Mitos bambu
Masyarakat Asia - khususnya bagian Timur - sangat akrab dengan bambu sejak berabad lampau. Selain multiguna, bambu juga menjadi bagian dari mitos bangsa Asia. Beberapa diantaranya sebagai berikut.

Jepang
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang kakek dan nenek. Sang Kakek bekerja dengan mengambil bambu dari gunung lalu membuat keranjang atau wadah dari bambu, orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu.

Pada suatu hari, ketika kakek itu masuk ke belukar bambu seperti biasanya, terlihat cahaya yang silau entah dari mana. Ia melihat kesekelilingnya, ternyata ada sebatang bambu yang berkilau emas.

Kakek merasa aneh, lalu mencoba memotong bambu itu. Terlihat anak perempuan yang mungil dan manis tengah duduk di dalam bambu yang telah di potong itu.

Kakek mengambil anak perempuan itu kedalam tangannya, lalu membawanya pulang dengan hati-hati.

“Pasti tuhan memberikannya untuk kita yang tidak punya anak.”

“Wah, benar-benar anak yang sangat manis.”

Kakek dan nenek itu menamakannya Putri Kaguya dan mencurahkan kasih sayangnya kepada Putri Kaguya.

Sejak mulai merawat Putri Kaguya, Kakek selalu menemukan bambu yang berkilau-kilauan emas setiap kali ia pergi kegunung. Jika bambu itu dipotong, didalamnya terdapat gundukan emas. Oleh karena itu, kakek menjadi sangat kaya.

Singkat cerita, setelah dewasa banyak pemuda ingin melamar Kaguya. Namun, tak seorang pun diterimanya. Hingga akhirnya Putri Kaguya kembali ke bulan.

“Ah, saya ingin selalu ada di dekat kakek dan nenek, tetapi saya harus pulang ke bulan. Saya adalah makhluk yang berasal dari kota besar di bulan.”

Vietnam
Sebuah legenda kuno Vietnam bercerita tentang seorang petani muda miskin yang jatuh cinta dengan putri seorang tuan tanah .

Sang tuan tanah berupaya  menggagalkan hubungan cinta tersebut dengan mengajukan syarat: Petani muda tersebut harus membawa seratus simpul dari pohon bambu. Untunglah, muncul Sang Buddha yang memberi bantuan.

Saat petani menagih janjinya, tuan tanah tersebut penasaran dan ingin melihat hasil simpul dari bambu yang menjadi panjang. Anehnya, sang tuan tanah menyatu dengan simpul bambu sampai ia mau merestui hubungan putrinya dengan petani miskin tadi.

Karena itulah, masyarakat Vietnam percaya bambu sebagai simbol ikatan perkawinan yang sukses dan tahan lama.

Burma

Di Burma, terdapat kisah legenda seorang gadis kecil yang berasal dari tangkai bambu, lalu ia tumbuh dewasa menjadi seorang perawan cantik.

 Filipina
Mitos bambu juga hidup di Filipina, kisah tentang asal-usul penciptaan laki-laki dan wanita pertama di dunia, Sikalak dan Sikabayan.

Mereka lahir dari batang bambu yang ditanam di taman surga oleh Dewa Kaptan. Mereka ditanam untuk merawat taman surga tersebut. Namun, mereka jatuh cinta.

Sayangnya, karena masih terkait ikatan saudara berarti tidak boleh menikah. Mereka pun meminta saran pada ikan tuna, burung merpati, dan bumi.

Saran terakhir mengatakan bahwa “dunia haruslah dihuni manusia,” maka mewujudlah mereka menjadi manusia, dan akhirnya mereka pun menikah dan menetap di bumi (Piper, 1992: 62-64).

 India
Kepercayaan Hindu di India punya cerita lain lagi.

Alkisah, seorang wanita cantik bernama Murala, wanita dari kasta Bangsawan ingin menikah dengan seorang pria yang ternyata berkasta lebih rendah dari dirinya. Karena merasa tertipu dan kecewa dengan ketidaksetaraan kasta tersebut, Murala lalu memanjatkan doa kepada Dewa Wishnu.

Setelah mendapatkan jawaban atas doanya itu, Murala mendaki tumpukan kayu bakar, lalu membakar dirinya. Bambu pertama dimitoskan tumbuh dari tebaran abu kremasi Murala itu.


Sunda
Dalam kebudayaan Sunda yang berbudaya agraris dengan sumber pangan pokok padi (pare), hubungan bambu dengan mitos kesuburan itu pun hidup. Di daerah-daerah yang warganya bertani, lahan-lahan pertanian ada yang disisihkan sebagian untuk ditanam bambu. Mitos terhadap Nyai Pohaci sebagai lambang dewi padi, hidup di tengah-tengah masyarakat adat Sunda.

Untuk menolak bala (nyinglar) hama dalam kegiatan mengolah lahan pertanian di sawah dan huma, orang Sunda lama mencipta syair dan lagu sebagai persembahan terhadap Nyai Pohaci. Syair-syair itu dalam perkembangannya disertai tumbukan bunyi antarbatang bambu yang dibuat untuk Nyai Pohaci, sebagai perlambang dewi kesuburan.

Tumbukan bunyi antar batang bambu itu dilakukan sebagai ritus panen padi di huma (ladang) sebagaimana dilakukan di masyarakat adat Kanekes, Baduy (Admadibrata dkk, 2006: 4).

Dalam tradisi macam demikian, alat musik bernama angklung kerap diasosiasikan untuk digunakan dalam ritual panen beras (Piper, 1989: 68). Misalnya di Banten Selatan, orang-orang Baduy memiliki kebiasaan menggoyangkan tiga atau empat angklung ketika menyelesaikan pekerjaan huma sérang, seperti menyucikan lahan yang dapat ditanami pada saat festival kawalu (Kunst, 1973: 363).

Sumber : http://ladang-hijau.blogspot.com/2012/03/mitos-bambu-di-asia.html

  
Rebung
 Di Indonesia, rebung atau tunas muda dari rumpun bambu memang belum sepopuler di Cina sebagai bahan makanan. Padahal, rebung bisa diolah menjadai beragam santapan kuliner yang lezat dan kaya gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.

Tunas bambu muda yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan adalah yang baru berusia kurang dari dua bulan. Lebih dari itu, tunas sudah mengeras dan menjadi bambu. Rebung biasanya muncul di lapisan bawah dari rumpun bambu dan berupa kerucut yang berlapis-lapis.

Menurut Amelinda Angela, STP, peneliti dari Nutrifood Research Centre, dalam satu cangkir irisan rebung hanya mengandung 14 kalori dan sepertiga lemak. Dalam porsi yang sama justru mengandung 1,2 gram serat. Setara dengan setengah porsi nasi merah. Serat dibutuhkan oleh tubuh sebagai pelancar pencernaan dan bisa mencegah timbulnya berbagai penyakit kardiovaskular. Seperti penyumbatan pembuluh darah, hipertensi, penyakit jantung koroner, serta kolesterol berlebih.

Menurut Amelinda, rebung juga diperkaya oleh kandungan mineral seperti kalsium, kalium, mangan, seng, kromium dan zat besi. Dalam satu cangkir irisan rebung mengandung 640 mg kalium. ”1,5 kali lebih banyak dari yang terkandung dalam pisang dan setara dengan 14 persen kebutuhan kalium Anda,” katanya. Kalium merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menggerakkan otot, menjaga tekanan darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. ”Karena itu kekungan kalium bisa menyebabkan nyeri sendi dan otot.”

Rebung mengandung banyak vitamin. Seperti vitamin A, B6, dan E. Makanan ini juga mengandung 17 asam amino protein. :Karena itu rebung bersifat sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas.

Cara Memasak
Kupas rebung yang baru dipotong dari akarnya. Trebus selama 20 menit untuk menghilangkan rasa pahit. Menurut penelitian di Cina, untuk tidak menghilangkan kandungan gizi yang terdapat dalam rebung, maka memasak rebung yang baik adalah dengan menumisnya.
Sumber: http://www.readersdigest.co.id/sehat/nutrisi/segudang.manfaat.sehat.rebung/005/002/98

No comments:

Post a Comment