Indonesia Kembangkan Hutan Bambu untuk Perlindungan Sumber Daya Air
Untuk
meningkatkan kesadaran akan manfaat bambu di seluruh dunia, Organisasi
Bambu Sedunia (World Bamboo Organization -WBO) menetapkan 18 September
sebagai Hari Bambu Sedunia.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama mitra, termasuk masyarakat,
organisasi lingkungan dan pemerintah daerah, akan mengembangkan potensi
hutan bambu sebagai tanaman pelindung bagi ekosistem dan konservasi
sumber daya air baku di Indonesia.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat
Kementerian Lingkungan Hidup, Hermono Sigit baru-baru ini mengatakan
bahwa pengembangan hutan bambu sebagai tanaman alternatif yang cukup
bermanfaat bagi konservasi dan perlindungan sumber daya air baku.
Menurut Hermono Sigit, Provinsi Bali, terutama Kabupaten Gianyar, sudah
memulai pengembangan hutan bambu untuk konservasi air dan merupakan
inisiator kunci pengembangan hutan bamboo bagi provinsi lain. KLH tengah
mendorong lebih banyak provinsi ikut terlibat di dalam program ini.
“Indonesia mendorong bambu menjadi salah satu pilihan untuk upaya
konservasi air. Pemerintah daerah tertentu sudah melakukannya, seperti
di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang memiliki lahan bambu sekitar
500 hektar. Cibinong di Jawa Barat juga sudah mengembangkan segala jenis
bambu untuk berbagai fungsi,” jelas Hermono.
Disamping memiliki manfaat ekologis, pelestarian sumber air baku dan
berbagai kebutuhan lain, bambu juga memilik nilai ekonomis yang tinggi.
Pihak KLH menyatakan masing-masing daerah memiliki luas lahan yang
cukup, namun selama ini kurang dimanfaatkan.
Djatnika, (60 tahun), salah seorang koordinator Masyarakat Pencinta
Bambu Indonesia Djatnika mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan
hutan bambu untuk konservasi air.
“Harus terpadu mulai dari pemerintah, para peneliti dan ilmuwan. Tepat
sekali bambu dipilih untuk program konservasi, untuk perlindungan
bantaran sungai, untuk tebing, untuk struktur tanah, (melindungi) sumber
air, penguat tanah, peredam panas dan melindungi dari angin dan gunung
api,” katanya.
Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-kembangkan-hutan-bambu-untuk-perlindungan-sumber-daya-air/1212736.html
Hutan Bambu, Menjaga Sumber Air
Cerita mengenai kekeringan saat ini hampir tak ada putusnya. Mulai
dari warga mengantre air bersih berjam-jam, lahan pertanian rusak,
tanaman padi yang puso, pemanfaatan air sungai yang kotor untuk
keperluan sehari-hari, hingga merebaknya beragam penyakit tanaman akibat
musim kering.
Namun, tidak halnya bagi warga
Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang (sejauh 40
kilometer dari pusat kota Lumajang). Kini, mereka tidak lagi menderita
kekurangan air, baik musim kemarau maupun hujan.
Saat di beberapa
tempat, waduk dan sumur mulai mengering, gemercik air di sawah-sawah di
Sumbermujur tidak pernah berhenti. Dari sawah terdekat dengan Gunung
Semeru (8 kilometer dari Gunung Semeru), hingga ke sawah-sawah di
kampung lainnya (berjarak lebih dari 50 kilometer dari Gunung Semeru)
selalu terima suplai air.
Hal itu terjadi karena mata air Sumber
Delling tidak pernah berhenti mengalirkan air bersih baik untuk minum
maupun irigasi. Mata air yang berasal dari Gunung Semeru itu saat
kemarau seperti ini masih bisa mengeluarkan air bersih 600-800 liter air
per detik. Pada musim hujan, debitnya mencapai 1.000 liter air per
detik. Mata air tersebut berada di tengah hutan bambu seluas 14 hektar.
”Ini
semua hasil kerja keras kami selama ini. Tahun 1970-an, mata air di
sini debitnya hanya 300 liter per detik. Kini air melimpah dan semoga
saja tak pernah mengecil lagi,” kata Hery Gunawan, tokoh masyarakat di
sana, Jumat (9/9).
Tahun 1970-an situasi ekonomi Indonesia tidak bagus. Masyarakat umumnya
makan
bulgur, dan mata pencaharian warga Desa Sumbermujur umumnya sebagai
pembuat gedek atau dinding dari anyaman bambu. Tak heran jika kemudian
hutan bambu setempat nyaris dibabat habis untuk kebutuhan harian warga
setempat.
Menilik lokasi hutan bambu yang dikitari empat dusun,
tidak heran laju pembabatan bambu sangat cepat. Kala itu dalam satu
rumpun hanya tersisa 20 batang bambu, padahal sebelumnya terdapat
puluhan rumpun yang terdiri dari puluhan batang bambu juga.
Di
sisi utara hutan bambu adalah Dusun Umbulrejo, sisi selatan adalah Dusun
Umbulsari, sebelah timur adalah Dusun Krajan, dan bagian barat
merupakan Dusun Wonorenggo. Empat dusun itu berada di Desa Sumbermujur.
Saat kritis
Dampak
pembabatan bambu demi alasan ekonomi langsung terasa. Debit air Sumber
Delling mengecil. Bahkan setiap malam masyarakat setempat dengan
penerangan obor harus pergi ke sumber untuk antre air bersih, karena
pada siang hari air yang ditampung belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
malam itu hingga esok harinya.
”Saat itu air digilir untuk setiap
dusun. Mungkin dalam seminggu hanya tiga kali air mengalir ke satu
dusun. Ini jelas menyusahkan kami sebagai petani. Kalau ingin panen,
tiap malam kami harus berebut mendapatkan air. Tidak jarang juga terjadi
carok (perkelahian) gara-gara rebutan air,” kenang Kusman (55), petani
asal Desa Sumbermujur.
Melihat kondisi itu, nurani warga mulai
terketuk. Meski punya sawah, tapi kalau sulit air, maka hasil pertanian
tidak akan maksimal. Itu sebabnya, tahun 1975-1976 warga mulai menanami
hutan tersebut dengan bambu.
Bersama Kelompok Pelestari Sumber
Daya Alam (KPSA) Kali Jambe, selaku inisiator pelestari hutan bambu,
masyarakat pun aktif mendukung pelestarian hutan bambu.
Bukan itu
saja. Warga bahu-membahu membuat plengsengan pelindung mata air, menata
hutan bambu tersebut agar nyaman dikunjungi orang, dan rutin menjaga
hutan tersebut agar tidak dirusak orang. Semuanya swadaya masyarakat.
Diakui, saat itu belum ada dukungan dari pemerintah daerah.
”Tanaman
bambu jadi pilihan kami karena jenis ini dinilai paling sedikit
risikonya dibanding menanam tanaman keras,” tutur Hery Gunawan, Ketua
KPSA Kali Jambe Sumbermujur.
Risiko di sini maksudnya, jika
terjadi pembabatan hutan seperti tahun 1990-an, tanaman bambu akan
tumbuh kembali dengan cepat dalam lima tahun. Sementara tanaman keras
seperti beringin butuh waktu puluhan tahun untuk bisa tumbuh besar
kembali.
Artinya, kalaupun hutan bambu dibabat habis oleh massa,
maka dalam waktu lima tahun saja warga akan kesulitan air bersih. Lain
halnya jika sumber air di sana dilindungi tanaman keras. Bisa puluhan
tahun warga terkena dampak kekurangan air bersih.
Lambat laun,
dari semula hanya bambu apus saja yang jadi tanaman asli di hutan bambu
tersebut, kini setidaknya sudah ada 21 jenis bambu tumbuh subur di hutan
tersebut. Seperti bambu jenis ampel hijau, ampel kuning, hingga bambu
thailand.
Suasana sejuk
Puluhan
rumpun bambu yang menjulang tinggi dan rimbun menghadirkan nuansa
sejuk. Kesejukan itu semakin lengkap saat terdengar gemercik air saat
kita mulai berjalan ke tengah hutan.
Bahkan saking sejuknya, hutan
bambu ini juga jadi rumah bagi puluhan kera dan kelompok kelelawar.
Kera-kera ini sesekali turun menyapa pengunjung.
Seiring dengan
kembali rimbunnya hutan bambu, maka debit air Sumber Delling pun kembali
meningkat. Kini air dari Sumber Delling mengaliri 426 hektar sawah di
Sumbermujur, dan sawah-sawah di tiga desa lain, yaitu Desa Penanggal,
Desa Tambakrejo, dan Desa Kloposawit. Total ada 891 hektar sawah yang
memanfaatkan air dari Sumber Delling.
Jumlah itu masih ditambah
dengan 561 hektar sawah di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh Lumajang
(berjarak 50 kilometer dari Desa Sumbermujur) yang juga mengambil air
dari sumber ini. ”Mereka mengambil air dari sumber kami dengan
mobil-mobil tangki setiap hari selama 24 jam,” kata Hery.
Untuk
kebutuhan air minum, ribuan keluarga dari desa-desa di lereng timur
Semeru bergantung pada hidup dari mata air Sumber Delling setiap
harinya.
Melihat eratnya hubungan antara hutan bambu dan sumber
air, warga Desa Sumbermujur pun berusaha melindungi kawasan tersebut
dengan membuat Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2007. Peraturan itu berisi
kawasan Sumbermujur tak boleh ”disentuh”, baik flora maupun faunanya.
Jika melanggar, pelaku akan dikenai sanksi sesuai hukum lingkungan,
yaitu hukuman badan atau denda Rp 500 juta.
Untuk membuat warga
desa merasa memiliki hutan bambu, kini kawasan tersebut diarahkan
menjadi hutan wisata. Masyarakat setempat mendapat penghasilan dari
retribusi masuk ke hutan bambu dan berjualan makanan kecil di sana.
Pendatang pun senang karena bisa menikmati keasrian hutan bambu serta
berenang di kolam alami dengan air langsung dari sumber.
”Kalau
begini, warga sekitar akan merasa memiliki dan turut menjaga hutan
bambu. Semoga dengan upaya ini, mata air kami akan tetap lestari,” ujar
Herry.
Belajar dari pengalaman pahit, warga Sumbermujur pun mau
berubah. Dari semula menjadi perambah, kini jadi penjaga hutan bambu.
Manfaatnya nyata! Saat warga lain tersiksa kekeringan, warga Sumbermujur
berlimpah air bersih. Semoga upaya pelestarian alam ini menginspirasi
warga lain di daerah lainnya.
Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2011/09/23/0304276/Hutan.Bambu.Menjaga.Sumber.Air.
Bambu masih dinilai material tradisional. Banyak orang
mengidentikkan bambu sebagai bahan kursi lincak, material bangunan etnik
serta semua yang masuh jadul.
Idham Musthopa, lulusan jurusan Fisika Universitas Pendidikan
Indonesia, mengubah kesan tersebut. Ia mengubah bambu menjadi bagian
dari fashion.
Salah satu yang menarik adalah karya Idham berupa tas yang khusus
diperuntukkan untuk membungkus Macbook. Tas tersedia dalam ukuran 13 dan
15 inchi.
Tas didesain dengan bentuk kotak, sepenuhnya berbahan bambu dan
berwarna coklat cerah. Bagian handle terbuat dari kulit. Sementara, di
bagian samping, terdapat lubang berbentuk apel pada tas.
“Jadi akan kelihatan eksklusifnya,” kata Idham yang ditemui dalam
diskusi “Bambu Punya Cerita” yang diselenggarakan Yayasan KEHATI di Bumi
Perkemahan Ragunan, Jakarta, Minggu (25/3/2012).
Idham mendesain sebaik mungkin sehingga para pengguna Macbook tetap
bisa narsis. Tas tak bakal menenggelamkan ekslusifitas dengan
menyembunyikan lambang Apple, tapi justru menonjolkannya.
Tas sudah diproduksi massal. Bekerjasama dengan ITB, Idham kini
tengah memenuhi pesanan sebanyak 80 buah dan akan dijual di Bandung
lebih dulu. Namun, siapa pun yang berminat sudah bisa memesannya.
Ke depan, Idham akan mengembangkan laptop dengan material bambu. Casing,
keyboard, dan seluruh bagian laptop kecuali layar dan komponen di dalamnya akan terbuat dari bambu.
Ia kini tengah berusaha menggerakkan Sekolah Menengah Kejuruan dan
pemerintah daerah di kampung halamannya, Garut, untuk bekerja sama
mewujudkan impian tersebut.
Bambu Kaya Manfaat
Sandhiya Hanindita yang
lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB)
punya cara berbeda mengolah bambu. Ia mengubah bambu menjadi bagian dari
furnitur rumah tangga. Salah satu produknya adalah lampu baca.
Produk lampu baca karya Sandhiya terbuat 100 persen dari bahan bambu
yang telah diproses sehingga awet. Sekilas, lampu baca hanya tampak
seperti bambu yang dibengkokkan, namun desainnya cukup
trendy.
Sandhiya juga menunjukkan produk kursi pantai. Bagian dudukan kursi
itu terbuat dari bilah bambu lebar yang disusun pararel. Lekukan desain
sesuai dengan posisi tubuh saat rileks.
Peneliti bambu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Elizabeth A Widjaja, menyebutkan bahwa bambu memang kaya manfaat. Ia
mengatakan bahwa bambu pun bisa jadi material pakaian.
“Kita bisa ubah bambu menjadi kaos kaki. Saya sendiri sudah
memakainya. Bambu ini punya anti bakteri, jadi kalau kita pakai kaos
kaki bambu tidak akan bau,” kata Elizabeth.
Dalam bidang lain, Purwito, seorang peneliti bambu untuk konstruksi,
mengatakan bahwa bambu lebih kuat dari beton dan lebih tahan gempa.
Karenanya, bambu cocok diaplikasikan bagi rumah-rumah di Indonesia.
Bambu pun bermanfaat untuk makanan. Selain rebung yang telah dikenal
sebagai isi lumpia. bambu ternyata juga bisa diolah menjadi cuka. Sampai
saat ini, Indonesia sebagai negeri kaya bambu belum banyak
memanfaatkannya.
Sumber: Kompas.com
http://ladangbambu.wordpress.com/2012/03/12/pohon-bambu-terancam-punah/
Diperkirakan sekitar 15 tahun hingga 20 tahun ke deapan orang
Indonesia tidak akan melihat lagi pohon bambu akibat eksplorasi
besar-besaran tanpa disertai dengan budidaya dan jika dibiarkan akan
berpangaruh terhadap keseimbangan lingkungan.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), Prof. Dr.
Elizabeth A. Widjaja, mengatakan itu kepada wartawan di Bandung, Sabtu
(27/6), dan pemerintah Indonesia hingga kini belum menunjukkan
keperduliannya.
“Buktinya, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum memasukkan
bambu ke dalam jenis tanaman yang dilindungi,” kata Elizabeth seusai
bicara dalam Seminar sehari Bambu untuk Kehidupan Modern (Bamboo for
Modern Life) di Saung Angklung Udjo Bandung itu.
Untuk melindungi pohon bambu dari kepunahan, menurut Elizabeth, salah
satunya tidak mengeksplorasi secara besar-besaran dan ada upaya
pengendalian atau kuota dalam mengeksplorasinya. “Selain itu, juga harus
ada upaya budidaya, sehingga habitatnya tetap seimbang,” kata
Elizabeth, seraya menambahkan pohon ini sangat baik untuk konservasi
air.
Selain upaya tersebut, lanjut wanita yang selama 33 tahun hingga
sekarang eksis dalam penelitian bambu itu, harus ada kemauan pemerintah
Indonesia membuat regulasi perlindungan bambu. “Bisa saja pemerintah
memasukkan bambu ke dalam jenis tanaman lain yang dilindungi, lengkap
dengan sanksi, sebagaimana regulasi lainnya,” katanya.
Ancaman lain terhadap kepunahan bambu, sebagai pohon penahan erosi
tersebut karena emakin sempitnya lahan kebun bambu akibat berubah
fungsi, antara lain jadi perumahan atau industri. Ia menyebutkan, di
Indonesia terdapat 160 jenis bambu, dan 88 jenis di antaranya,
merupakan bambu endmik atau jenis bambu khas yang terdapat di suatu
daerah.
Semua jenis bambu itu memiliki barbagai nilai yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, selain untuk kebutuhan perumahan dan perkakas rumah
tangga atau tanaman hias, bambu merupakan salah satu jenis pohon yang
sangat baik untuk kelestarian lingkungan. “Sebagai fungsi pelestari
lingkungan yang paling baik, bisa kita buktikan setiap ada rumpun bambu
di sana sudah pasti ada sumber air,” katanya.
Sumber: Kompas.com
http://ladangbambu.wordpress.com/2012/03/12/pohon-bambu-terancam-punah/
Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba
potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, ekstrak daun
ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung.
Selama ini, bagian tanaman bambu yang disering dimanfaatkan adalah
batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang
berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki
sejarah pengobatan dan pangan yang panjang.
Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu
(Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan
batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan
racun dalam tubuh.
Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi
mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik
(melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan
Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan.
Sejuk dan Harum
Jenis tanaman bernama Latin
Phyllostachys nigra ini tumbuh di
daerah Sungai Yangtze, tepatnya di Cina bagian selatan. Pakar kedokteran
Cina kuno mendeskripsikan fungsi obat dan pangan daun bambu dalam kitab
Yao Pin Hua Yi atau kitab penggalian arti herbal-herbal, yakni bersifat
sejuk, harum, dapat masuk ke meridian jantung, rasanya pahit dan sejuk,
chi-nya juga sejuk.
Penelitian menunjukkan, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni
flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen,
dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan
kolesterol. Juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal
bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan
mencegah penyakit kardiovaskular.
Muliadi Lim OMD-
oriental medical doctor dari Shanghai TC
University mengungkapkan, kandungan flavonoid daun bambu memiliki efek
positif pada kemoterapi terhadap sumsum tulang dan imunitas tubuh, bisa
memperbaiki aliran mikrovaskular bagi penderita jantung, fungsi
trombosit, dan peredaran darah di otot jantung.
Mirip Hemoglobin
Pakar kesehatan dari Jepang meyakini susunan flavonoid daun bambu mirip
susunan hemoglobin. Karena itu, daun bambu bisa langsung disuntikkan ke
dalam vena dan dapat meningkatkan efisiensinya.
Flavonoid daun bambu juga aman, tak beracun. Uniknya, flavonoid daun
bambu merupakan sumber daya domestik flavonoid pertama yang ditemukan di
negeri Cina dan telah dipatenkan secara resmi.
Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi,
melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang
lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas
racun.
Benarkah kandungan flavonoid daun bambu mampu menyehatkan jantung?
Sebuah penelitian secara khusus dilakukan guna mengungkapkan manfaat
flavonoid daun bambu terhadap pembuluh darah dan aliran darah pembuluh
koroner.
Variasi penelitian dengan dosis tinggi, menengah, dan rendah, flavonoid
daun bambu terbukti dapat memperlancar aliran darah koroner dari jantung
Cavia cobaya (sejenis tikus) yang terpisah dengan badannya. Perhitungan
terhadap grup dan masing-masing anggota grup mempunyai perbedaan yang
signifikan, bertambah seiring dengan besarnya dosis.
Dosis tinggi, menengah, dan rendah flavonoid daun bambu dapat
menambah daya kontraksi otot jantung dan perhitungan terhadap grup juga
mempunyai perbedaan yang jelas. Efek dari grup dosis kecil (2,5 mg/ml)
menerangkan hasil positif bagi fungsi fisiologi normal arteri koroner
dan berpotensi mencegah terjadinya gangguan jantung.
Sejak tahun 1998, ahli di Cina telah banyak melakukan penelitian
terhadap fungsi flavonoid daun bambu untuk menghambat oksidasi lemak.
Contohnya, campuran segelas minuman cokelat dengan 1 persen ekstrak daun
bambu secara signifikan meningkatkan antiradikal bebas sekaligus
melindungi aktivitas vitamin A dan E.
Di pasar dalam negeri produk ekstrak daun bambu relatif belum banyak.
Biasanya dalam bentuk tablet maupun sejenis makanan ringan yang dapat
dikonsumsi, layaknya jajanan. Karena dalam bentuk ekstrak, tentu
diperlukan sikap hati-hati dalam mengonsumsinya. Cara terbaik untuk
mengurangi risiko, perhatikan legalitas produk seperti ada tidaknya
sertifikasi dari Badan POM.
Manfaat Bambu dari Zaman ke Zaman
Berbagai kitab herbal, kitab obat klasik, dan farmakop Cina mencatat khasiat bambu dalam menyembuhkan penyakit. Di antaranya:
- Bie Lu. Daun bambu bersifat dingin, tidak beracun, untuk mengobati rasa panas di dada dan batuk.
- Sheng Hui Fang. Bubur daun bambu bisa menyembuhkan jantung panas
pada anak kecil atau tidak sadarkan diri. Ramuannya: daun bambu 60 g,
beras secukupnya, dan 15 g yin chen (
wormwood/Artemisiae scopariae) dibuat bubur.
- Kitab Terapi Herbal. Daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.
- Ben Cao Qiu Zhen. Daun bambu bisa menyegarkan hati, menghangatkan
limpa, menghilangkan riak dan dahaga, angin jahat, batuk, sesak, muntah
darah, stroke ringan, dan lain lain.
- Yao Pin Hua Yi. Kitab yang dikenal sebagai Kitab Definisi Obat ini
mencatat, daun bambu menyegarkan, agak pahit, mampu menetralkan semua
chi dingin dan panas.
- Jing Yue (Kitab Herbal Klasik). Daun bambu, dengan aromanya yang
ringan, bisa menetralkan rasa panas, terutama chi di jantung. Merupakan
obat yang baik, terutama untuk mengobati dahaga karena hari panas,
membersihkan sputum/riak di dada, meredakan rasa dingin dan lemah,
batuk, dan asma. Hanya daun bambu yang bisa memasuki kandung empedu dan
membawa chi netral ke dalam paru-paru untuk mengeluarkan panas.
- Ben Jing Feng Yuan. Dalam Kitab Herbal Klasik Shennong ini tertulis
daun bambu menyembuhkan salah urat, luka, dan membunuh parasit.
- Kamus Besar Obat Cina. Daun bambu meredakan rasa cemas dan panas, serta melancarkan buang air kecil.
@ Lalang Ken Handita
Sumber : sehatnews.com
Mitos bambu
Masyarakat Asia - khususnya bagian Timur - sangat akrab dengan bambu
sejak berabad lampau. Selain multiguna, bambu juga menjadi bagian dari
mitos bangsa Asia. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
Jepang
Pada
zaman dahulu, hiduplah sepasang kakek dan nenek. Sang Kakek bekerja
dengan mengambil bambu dari gunung lalu membuat keranjang atau wadah
dari bambu, orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu.
Pada suatu hari, ketika kakek itu masuk ke belukar bambu seperti
biasanya, terlihat cahaya yang silau entah dari mana. Ia melihat
kesekelilingnya, ternyata ada sebatang bambu yang berkilau emas.
Kakek merasa aneh, lalu mencoba memotong bambu itu. Terlihat
anak perempuan yang mungil dan manis tengah duduk di dalam bambu yang
telah di potong itu.
Kakek mengambil anak perempuan itu kedalam tangannya, lalu
membawanya pulang dengan hati-hati.
“Pasti tuhan memberikannya untuk kita yang tidak punya anak.”
“Wah, benar-benar anak yang sangat manis.”
Kakek dan nenek itu menamakannya Putri Kaguya dan mencurahkan
kasih sayangnya kepada Putri Kaguya.
Sejak mulai merawat Putri Kaguya, Kakek selalu menemukan bambu
yang berkilau-kilauan emas setiap kali ia pergi kegunung. Jika bambu itu
dipotong, didalamnya terdapat gundukan emas. Oleh karena itu, kakek
menjadi sangat kaya.
Singkat cerita, setelah dewasa banyak pemuda ingin melamar
Kaguya. Namun, tak seorang pun diterimanya. Hingga akhirnya Putri Kaguya
kembali ke bulan.
“Ah, saya ingin selalu ada di dekat kakek dan nenek, tetapi saya
harus pulang ke bulan. Saya adalah makhluk yang berasal dari kota besar
di bulan.”
Vietnam
Sebuah legenda kuno Vietnam bercerita tentang seorang petani muda miskin yang jatuh cinta dengan putri seorang tuan tanah .
Sang tuan tanah berupaya menggagalkan hubungan cinta tersebut dengan
mengajukan syarat: Petani muda tersebut harus membawa seratus simpul
dari pohon bambu. Untunglah, muncul Sang Buddha yang memberi bantuan.
Saat petani menagih janjinya, tuan tanah tersebut penasaran dan ingin
melihat hasil simpul dari bambu yang menjadi panjang. Anehnya, sang tuan
tanah menyatu dengan simpul bambu sampai ia mau merestui hubungan
putrinya dengan petani miskin tadi.
Karena itulah, masyarakat Vietnam percaya bambu sebagai simbol ikatan perkawinan yang sukses dan tahan lama.
Burma
Di Burma, terdapat kisah legenda seorang gadis kecil yang berasal dari
tangkai bambu, lalu ia tumbuh dewasa menjadi seorang perawan cantik.
Filipina
Mitos bambu juga hidup di Filipina, kisah tentang asal-usul penciptaan
laki-laki dan wanita pertama di dunia, Sikalak dan Sikabayan.
Mereka lahir dari batang bambu yang ditanam di taman surga oleh Dewa
Kaptan. Mereka ditanam untuk merawat taman surga tersebut. Namun, mereka
jatuh cinta.
Sayangnya, karena masih terkait ikatan saudara berarti tidak boleh
menikah. Mereka pun meminta saran pada ikan tuna, burung merpati, dan
bumi.
Saran terakhir mengatakan bahwa “dunia haruslah dihuni manusia,” maka
mewujudlah mereka menjadi manusia, dan akhirnya mereka pun menikah dan
menetap di bumi (Piper, 1992: 62-64).
India
Kepercayaan Hindu di India punya cerita lain lagi.
Alkisah, seorang wanita cantik bernama Murala, wanita dari kasta
Bangsawan ingin menikah dengan seorang pria yang ternyata berkasta lebih
rendah dari dirinya. Karena merasa tertipu dan kecewa dengan
ketidaksetaraan kasta tersebut, Murala lalu memanjatkan doa kepada Dewa
Wishnu.
Setelah mendapatkan jawaban atas doanya itu, Murala mendaki tumpukan
kayu bakar, lalu membakar dirinya. Bambu pertama dimitoskan tumbuh dari
tebaran abu kremasi Murala itu.
Sunda
Dalam kebudayaan Sunda yang berbudaya agraris dengan sumber pangan pokok
padi (pare), hubungan bambu dengan mitos kesuburan itu pun hidup. Di
daerah-daerah yang warganya bertani, lahan-lahan pertanian ada yang
disisihkan sebagian untuk ditanam bambu. Mitos terhadap Nyai Pohaci
sebagai lambang dewi padi, hidup di tengah-tengah masyarakat adat Sunda.
Untuk menolak bala (nyinglar) hama dalam kegiatan mengolah lahan
pertanian di sawah dan huma, orang Sunda lama mencipta syair dan lagu
sebagai persembahan terhadap Nyai Pohaci. Syair-syair itu dalam
perkembangannya disertai tumbukan bunyi antarbatang bambu yang dibuat
untuk Nyai Pohaci, sebagai perlambang dewi kesuburan.
Tumbukan bunyi antar batang bambu itu dilakukan sebagai ritus panen padi
di huma (ladang) sebagaimana dilakukan di masyarakat adat Kanekes,
Baduy (Admadibrata dkk, 2006: 4).
Dalam tradisi macam demikian, alat musik bernama angklung kerap
diasosiasikan untuk digunakan dalam ritual panen beras (Piper, 1989:
68). Misalnya di Banten Selatan, orang-orang Baduy memiliki kebiasaan
menggoyangkan tiga atau empat angklung ketika menyelesaikan pekerjaan
huma sérang, seperti menyucikan lahan yang dapat ditanami pada saat
festival kawalu (Kunst, 1973: 363).
Sumber : http://ladang-hijau.blogspot.com/2012/03/mitos-bambu-di-asia.html
| |
Rebung |
Di Indonesia, rebung atau tunas muda
dari rumpun bambu memang belum sepopuler di Cina sebagai bahan makanan.
Padahal, rebung bisa diolah menjadai beragam santapan kuliner yang lezat
dan kaya gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.Tunas
bambu muda yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan adalah yang baru
berusia kurang dari dua bulan. Lebih dari itu, tunas sudah mengeras dan
menjadi bambu. Rebung biasanya muncul di lapisan bawah dari rumpun bambu
dan berupa kerucut yang berlapis-lapis.
Menurut Amelinda
Angela, STP, peneliti dari Nutrifood Research Centre, dalam satu cangkir
irisan rebung hanya mengandung 14 kalori dan sepertiga lemak. Dalam
porsi yang sama justru mengandung 1,2 gram serat. Setara dengan setengah
porsi nasi merah. Serat dibutuhkan oleh tubuh sebagai pelancar
pencernaan dan bisa mencegah timbulnya berbagai penyakit kardiovaskular.
Seperti penyumbatan pembuluh darah, hipertensi, penyakit jantung
koroner, serta kolesterol berlebih.
Menurut Amelinda, rebung
juga diperkaya oleh kandungan mineral seperti kalsium, kalium, mangan,
seng, kromium dan zat besi. Dalam satu cangkir irisan rebung mengandung
640 mg kalium. ”1,5 kali lebih banyak dari yang terkandung dalam pisang
dan setara dengan 14 persen kebutuhan kalium Anda,” katanya. Kalium
merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menggerakkan otot,
menjaga tekanan darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. ”Karena itu
kekungan kalium bisa menyebabkan nyeri sendi dan otot.”
Rebung
mengandung banyak vitamin. Seperti vitamin A, B6, dan E. Makanan ini
juga mengandung 17 asam amino protein. :Karena itu rebung bersifat
sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas.
Cara MemasakKupas
rebung yang baru dipotong dari akarnya. Trebus selama 20 menit untuk
menghilangkan rasa pahit. Menurut penelitian di Cina, untuk tidak
menghilangkan kandungan gizi yang terdapat dalam rebung, maka memasak
rebung yang baik adalah dengan menumisnya.
Sumber: http://www.readersdigest.co.id/sehat/nutrisi/segudang.manfaat.sehat.rebung/005/002/98